Sesi Foto Bersama Usai Kegiatan Pembelajaran Bahasa Isyarat di basecamp berkreasi dan berwirausaha bagi teman – teman tuli KASULI
Nalar Rakyat, Yogyakarta
- Sabtu, 29 Oktober 2022 dalam rangka mewujudkan harapan teman – teman tuli untuk memiliki jejaring komunikasi yang luas sejumlah Mahasiswa dan Mahasiswi Universitas Amikom Yogyakarta menginisiasi kelas pembelajaran bahasa isyarat secara gratis yang bertajuk “ Berdialog dalam Sunyi”. Kegiatan ini berlokasi di salah satu basecamp berkreasi dan berwirausaha bagi teman – teman tuli yang dinamakan KASULI ( Kafe Susu Tuli ), letaknya berada di pusat kota Yogyakarta tepatnya di Kecamatan Kraton. Acara ini diawali oleh sambutan Ketua Pelaksana, Asisten Dosen Pengampu Mata Kuliah Proyek Sosial dan perwakilan dari komunitas bawayang. Program ini di bimbing langsung oleh Dosen Pembimbing Bapak Alvian Alrasid Ajibulloh, S. I.Kom M.I.Kom dan Ibu Stara Asrita, S.I.Kom M.A.

Mas Arief mewakili teman – teman tuli menyampaikan terimakasih kepada panitia atas kepedulian kepada bahasa isyarat dan kesungguhannya menyelenggarakan acara yang sejalan dengan misi bawayang untuk terus memperluas pengenalan bahasa isyarat kepada masyarakat umum. Mengawali kelas bahasa isyarat, Arief juga memaparkan materi pengenalan bahasa dan budaya tuli di Indonesia secara jelas dari proses bahasa isyarat lahir hingga usaha untuk diakui oleh negara, kilas balik perjuangan teman - teman tuli untuk memperjuangkan hak asasi dan upaya agar diterima membuat simpatisme peserta semakin meningkat untuk bersemangat mengikuti rangkaian sesi kelas bahasa isyarat.

Indonesia terdiri dari hampir 20% penyandang disabilitas dari total jumlah keseluruhan penduduk, namun hingga saat ini  akses yang menjembatani para difabel untut turut berkontribusi di berbagai ruang sosial masih sangat minim.Inklusifitas yang di sediakan pemerintah masih sangat membutuhkan  bantuan dari berbagai pihak agar turut berperan mewujudkan kesetaraan hak dan fasilitas yang sama bagi penyandang disabilitas.

Komunitas Bawayang, merupakan Komunitas seni yang mewadahi teman – teman tuli untuk mengembangkan kreativitas di bidang seni seperti Seni Lukis, Teater, Dance Freestyle Hip Hop, Puisi Visual dengan bahasa isyarat, pantomim hingga jimbe. Di Bawayang para teman tuli bisa menemukan keahlian yang istimewa untuk dikembangkan dan menjadi mata pencaharian alternatif. Awalnya saat menyadari terlahir berbeda membuat mereka mengasingkan diri dari keramaian dan menganggap dirinya seperti ulat, namun di bawayang mereka menemukan tempat untuk bermetaformosa menjadi indah layaknya kupu - kupu yang lukisannya banyak kita temui di area Kasuli.

Saat ini Pemerintah dan berbagai sektor informasi turut menyadari dan menghargai keberadaan penyandang tuli dengan menyediakan juru bahasa isyarat atau deaf intrepeter, bahkan kota Jogjakarta juga mulai membangun sektor pariwisata yang ramah difabel. Teman – teman tuli yang berada di komunitas ini memiliki harapan besar agar masyarakat yang memahami bahasa isyarat semakin luas, sehingga jejaring komunikasi mereka semakin luas. Mereka bisa berdialog dengan siapapun tanpa keterbatasan. Maka dari itu sejumlah Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta ingin menjembatani harapan besar tersebut dengan mengadakan Pelatihan Bahasa Isyarat bagi masyarakat umum yang dibimbing langsung oleh teman – teman tuli. Selain itu kami juga melaksanakan pelatihan kerajinan hingga turut membantu dalam pembuatan konten bahasa isyarat agar edukasi mengenai bahasa tersebut semakin mudah dikenal secara masif melalui sosial media.

Antusiasme masyarakat umum dalam mendukung cita – cita tersebut terlihat nyata dengan jumlah partisipasi peserta yang melebihi target yaitu 60 peserta turut hadir dan terlihat begitu asyik mendalami bahasa isyarat . Tak kalah menarik, pemateri bahasa isyarat oleh teman – teman tuli yang sangat unik dan lucu mengubah suasana sunyi menjadi penuh kegembiraan dan hangatnya persaudaraan. Segmentasi peserta yang berlatar belakang karyawan, pelajar, mahasiswa hingga dosen turut mengapresiasi kegiatan inspiratif ini agar terus berkembang dan maju. Ibu Metta Rahmadiana selaku Dosen Psikologi UGM yang hadir mengakui acara ini menjadi salah satu impiannya untuk dapat belajar dan berinteraksi langsung dengan teman - teman tuli, maka ia hadir menjadi salah satu peserta dengan kemauan individunya. Dalam sesi tanya jawab ia menyampaikan bahwa " Being Different is Superpower, acara ini sangat inspiratif dan sangat baik untuk dilanjutkan".

Melalui proyek sosial ini, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2020 Universitas Amikom Yogyakarta yang tergabung dalam " Nawasena Project" berhasil menjembatani teman - teman tuli dan non tuli untuk saling berdialog tanpa keterbatasan. Komunikasi milik semua, semua bisa berdialog  dengan bahasa isyarat menjadi tujuan utama pelaksanaan acara ini.