Dari Gedung Joang ’45, Silaturahmi Kebangsaan LSM PENJARA 1 Satukan Lintas Iman dan Ketua LSM Jakarta dalam Gema Persaudaraan Bangsa

Para tokoh agama, Ketua LSM, dan aktivis masyarakat sipil berfoto bersama usai Silaturahmi Kebangsaan yang diinisiasi LSM PENJARA 1 di Gedung Joang ’45

Jakarta
 – Sebuah momentum bersejarah tercipta di Gedung Joang ’45, Jakarta Pusat, ketika LSM PENJARA 1 di bawah kepemimpinan Teuku Z. Arifin sukses menggelar Silaturahmi Kebangsaan yang dihadiri hampir 300 peserta dari berbagai unsur, mulai dari organisasi masyarakat sipil, enam tokoh agama, mahasiswa, hingga relawan aktivis.

Acara ini bukan sekadar seremoni formal, melainkan panggilan moral untuk meneguhkan kembali persatuan bangsa di tengah derasnya polarisasi, politik identitas, dan ancaman korupsi yang kian menggerogoti sendi kehidupan bernegara. Dalam pidato pembukaannya, Arifin menegaskan bahwa persatuan adalah harga mati dan hanya dapat kokoh apabila keadilan ditegakkan serta kedamaian dirasakan seluruh rakyat. “Persatuan hanya kokoh jika keadilan tegak dan kedamaian nyata dirasakan oleh rakyat,

 ujarnya, menggema di ruang bersejarah itu seakan meneguhkan kembali bahwa menjaga keutuhan NKRI adalah tanggung jawab setiap anak bangsa.

Ketua Panitia, Khaedor Jonsen, menambahkan bahwa Silaturahmi Kebangsaan bukan sekadar forum tatap muka, melainkan komitmen nyata untuk merawat persaudaraan dan memperkuat peran Polri sebagai pengawal kehidupan berbangsa. Kehadiran tokoh lintas agama membuat suasana semakin khidmat. Ustadz Ahmad Mukhlis memimpin doa agar bangsa Indonesia senantiasa diberi kekuatan menjaga persatuan dan keadilan. Dalam kesempatan yang sama, Yoserizal Situmeang, Ketua LSM PETRA, menyampaikan sambutan penuh energi. Ia menekankan bahwa rakyat tidak membutuhkan janji kosong, melainkan bukti nyata dari pemimpin yang berkeadilan.

“Tanpa keadilan, persatuan hanya ilusi. Tanpa transparansi, damai hanyalah retorika. Untuk Merah Putih yang kita cintai, mari kobarkan semangat bersama: adil tanpa kompromi, damai tanpa kepalsuan, persatuan tanpa manipulasi,” ujarnya lantang, disambut tepuk tangan meriah para hadirin.

Doa kebangsaan dari Dr. Mahabhiksu Gunabadra Mahasthavira, Ketua Umum Sangha Mahayana Indonesia, menambahkan kedalaman spiritual dalam acara ini. Dengan welas asih, ia mengingatkan bahwa bangsa yang mampu mengendalikan pikirannya akan menjadi bangsa yang kokoh dan bijaksana. Ia mendoakan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka agar senantiasa diberi kebijaksanaan, serta Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo agar diberi kejernihan pikiran dalam menjaga persatuan.

“Semoga Indonesia melangkah pasti menuju Indonesia Emas 2045 – negeri yang adil, makmur, dan bermartabat di mata dunia,” tuturnya penuh doa.

Pesan kebangsaan juga mengalir dari berbagai tokoh lain. Ps. Nelson Bureni dari Kristen Protestan mengingatkan generasi muda agar tetap berpegang pada Pancasila dan tidak membiarkan arus globalisasi meruntuhkan semangat nasionalisme. Juharto Harianja dari LSM ICACI menegaskan komitmen melawan korupsi, sementara Syafrizal Thomas dari LSM BARA ENERGI menyerukan pentingnya kedaulatan energi yang adil dan transparan. Semua orasi berpadu, menghadirkan irama kebangsaan yang menolak perpecahan dan polarisasi.

Puncak acara ditandai dengan pembacaan Deklarasi Kebangsaan oleh Bevin Siahaan, sesepuh LSM PERMATA. Ia membacakan butir-butir komitmen setia pada Pancasila, UUD 1945, serta penolakan terhadap ujaran kebencian. Usai deklarasi, seluruh peserta menandatangani kain putih sebagai simbol bahwa persatuan bukan sekadar kata-kata, melainkan tekad nyata untuk menjaga persaudaraan, merawat kebinekaan, dan menyalakan lentera persatuan lintas generasi.

Silaturahmi Kebangsaan yang digagas LSM PENJARA 1 ini menjadi bukti bahwa masyarakat sipil masih memegang teguh mandat moral untuk menjaga kebinekaan dan menolak segala bentuk polarisasi. Dengan keberhasilan yang gemilang, Ketum LSM PENJARA 1 menegaskan bahwa cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya bisa terwujud melalui gotong royong seluruh anak bangsa. Dari Gedung Joang ’45, gema persatuan itu kini menyala, menjelma obor yang takkan padam.

Menutup acara, Arifin menyampaikan pesan yang membekas di hati peserta:

“Kita boleh berbeda warna, keyakinan, dan pandangan, tetapi Merah Putih hanya satu. Dan selama kita berani bersatu, Indonesia akan melangkah sebagai bangsa besar di mata dunia.”

Previous Post